Catatanku ke Papua
Tanggal 15 Nov 2009, saya berangkat ke Papua, Tepatnya Tembagapura, keberangkatan ini bukan urusan pribadi ataupun keluarga, tapi 100% urusan pekerjaan, utamanya tugas yang sudah biasa saya lakukan di tempat2 lain. Tapi karena hal ini menyangkut keluarga juga jadi saya perlu juga menulis pengalamanku untuk keperluan pribadi dan keluarga.
Namun kali ini sedikit berbeda, karena lokasinya yang cukup jauh, sekitar 5-6 jam penerbangan dari Jakarta – Timika dengan transit di Denpasar, dan masih jalan darat dengan kendaraan khusus sekitar 3 jam ke Tembagapura. Perjalanan darat Timika Tembagapura akan saya bahas di alenia tersendiri di bawah. Satu hal lagi saat ini sedang terjadi kekisruhan masalah keamanan, yaitu jalan darat antara Timika – Tembagapura sering terjadi penembakan oleh orang tak dikenal. Karuan hal ini membawa kesulitan tersendiri bagi saya maupun secara tim.
Perbadaan waktu 2 jam antara WIB danWIT juga perlu penyesuaia tersendiri, seluruh aktifitas maju 2 jam dari kebiasaan juga terkadang tidak mudah. Bangun pagi akan selalu kesiangan, makan pagi/sarapan juga masih dalam kondisi terkantuk2 tapi harus dijalankan karena waktu yang disediakan untuk sarapan terbatas. Malamnya pun juga tidak mudah untuk segera tidur lagi lagi soal waktu yang lebih cepat 2 jam. Ada cerita lucu yang dialami oleh salah satu anggota tim saya, pagi2 sekitar jam 06 wit, dia menelpon rumah untuk mensupport putranya untuk berangkat sekolah. Tapi apa yang didapat justru umpatan dari putranya karena di Jakarta masih jam 04 pagi. Wuahaaa.... sadar akan kesalahannya.
Perjalanan ku kali ini juga bukan yang pertama, mungkin sudah yang ke 3 atau ke 4 tapi sebelum sebelumnya tidak dalam kondisi yang rawan penembakan. Sehingga waktu tempuh bisa diperhitungkan, untuk disesuaikan dengan pekerjaan. Kenapa terjadi penembakan saya juga gak tau secara persis. Cuma dari letak geografis, sumber daya alam dan pengelolaannya menjadikan banyak kepentingan disana. Tembagapura adalah pusat pengelolaan dan pengendalian Tambang tembaga dan emas.
Sumber daya alam
Mungkin sudah banyak yang tau, kalau di daerah ini terdapat pegunungan jaya wijaya dengan puncak jaya sekitar 5000 meter dpl (dari permukaan laut), keindahan dan excotisme yang tak terbantahkan lagi puncak jaya sebenarnya ada beberapa puncak, tapi yang sangat terkenal adalah esternberg, sekarang sudah bukan salah satu dari puncak pegunungan Jayawijaya tapi danau yang dalam nya luar biasa akibat explorasi, satu lagi adalah Grasberg sekarang ini tengah di explorasi. Entah puncak apa lagi kelak yang akan di explorasi. Ada banyak literature, sejarah, dan tulisan2 yang lebih detail mengenai hal ini silahkan cari di google.
Dengan daerah yang berbatuan dan berbukit-bukit, rasanya sulit sekali daerah ini menjadi sumber pertanian yang menjanjikan.
Sumber Daya Manusia
Tingkat pendidikan di daerah ini sangat rendah, terbukti dari penglihatanku saat safety training 2 tahun lalu, masih banyak paserta putra daerah yang buta huruf, entah bagaimana dia bisa lolos seleksi untuk bekerja di PT. Freeport Indonesia, mitra kerjanya dan para kontraktornya.
Di kota Timikapun masih banyak pedagang kaki lima, para penjaga warung yang tidak paham baca tulis, ini bukan sekedar melebihkan atau karangan tapi bukti. Waktu itu saya membeli beberapa kue ,dan air mineral untuk cemilan di hotel, ketika saya membayar dan hendak meminta notanya alangkah terkejutnya saya ketika dia menjawab, ko tulis sendiri saja saya tak paham baca tulis. Sambil menyodorkan nota kosongnya dengan logat yang khas. Itu tidak cuma satu atau 2 warung kaki lima secara umum hampir semua spt itu. Pendatang dari Makasar lah yang memegang peranan penting dalam perdagangan maupun ekonomi secara umum, selebihnya Minang, dan Jawa lainnya.
Harga kebutuhan pokok
Soal harga? Bisa dikatakan 5x harga di Jakarta, Nasi goreng dijakarta cukup 5-7ribu saja tp di Timika bisa mencapai 30 – 35 ribu. Pecel lele 35ribu. Sayuran dan buah2an bisa jauh lebih mahal karena harus didatangkan dari Negara tetangga (Aussie).
Explorasi.
Explorasi di Tembagapura ini sudah sejak puluhan tahun lalu, yaitu tahun 1967, awal pemerintahan Soeharto, di kelola oleh Freeport Mc Moren Co, sebuah perusahaan pertambangan dari Amerika. Dan di Indonesia sendiri berdiri dengan nama PT.Freeport Indonesia dalam tulisan inisaya singkat menjadi PTFI.
Yang pasti hasilnya bukan sekedar tembaga per kilonya 40rp tapi ada gold/emas yang tidak pernah terungkap ke public sebenarnya berapa produksinya setiap hari, bulan dan tahunnya.
Proses explorasi
Dari Grasberg batuan dan pasir mengandung tembaga, emas, dan lainnya dibawa ke tungku penghancur dengan truck luar biasa besar, sebagai gambaran truck tersebut mempunyai ban dengan diameter 4 meter, jadi bisa anda bayangkan sebesar apa truck tersebut.
Tungku penghancur ini bekerja 24 jam non stop setiap tahunnya, bentuknya mirip kerucut dengan sudut lancip menhadap kebawah, disambungkan dengan pipa terowongan sampai kepengolahan awal di mile 74, di sini antara pasir, emas, tembaga, dan barang tambang lain di pisahkan. Untuk emas dan tembaga langsung di campur dengan zat kimia ( klo gak salah consentrat ) agar tetap cair, kemudian di kirim ke Port sea (pelabuhan) di Timika bawah, Menggunakan 4 buahPipa bertekanan tinggi, Untuk dikapalkan ke Amerika Serikat.
Pasir dan limbah lainnya dialirkan kebeberapa sungai dan sampai di Timika bermuara di sungai Ajwa, pasir tersebut kini menggunung dan terlihat tandus jika dilihat dari jendela pesawat.
Masuk ke Tembagapura
Area pertambangan ini sangat tertutup, untuk sampai ke Tembagapura harus melalui proses yang sangat panjang.
Harus jelas keperluannya, membuat id card di kuala kencana, safety training. Dan masih banyak proses sebelum masuk ke post penjagaan security.
Membuat id card, harus mengisi form yang panjang, dan beberapa document tambahan ktp, kk, kartu pajak, dan surat rekomdasi dari perusahaan atau instansi masih berderet lagi persyaratan. Jika ID card sudah jadi akan aktif dua hari kemudian. ID card visitor pass akan berlaku selamanya, jika rusak minta gantinya gak rumit2 banget, yang susah kalau hilang selain ada beaya nya (500rb) juga masih harus menunggu sekitar 2 minggu. Seluruh perlengkapan dan bawaan barang kita harus di daftarkan ke departemen perusahaan terkait. Spt laptop ke MIS support, tools ke engineering dan sebagainya. Untuk membawa rokok, mie instan,air mineral pun sangat dibatasi.
Jika sudah mendapatkan ID Card, ada 3 cara untuk bisa masuk Tembagapura, pertama menggunakan kendaraan sendiri hanya dua merk yang dijinkan yaitu ford ranger, dan Land Cruiser berpenggerak atau double garden 4000cc. kendaraanpun juga harus di kir menurut versinya PTFI dan dengan driver khusus untuk bisa nyetir sendiri di area ini harus punya skil dan lisensi dari PTFI. Perlu waktu minimal 1 tahun mendapatkan lisensi driver. Ya jalanan dan lokasinya pun sangat tidak bersahabat. Untuk masuk Tembagapura menggunakan kendaraan sendiri, kalau tidak salah harus melalui 4 pos penjagaan semuanya lengkap dengan anjing pelacak & sangat luar biasa ketat bahkan terkadang berlebihan. Kedua menggunakan bus yang disediakan olehPTFI. Cukup naik dari terminal gorong2 Timika, Sesuai jadwal yang sudah di tentukan dan menunjukkan email/tiket bus dari dept transport dan gratis. Cukup tunjukkan ID card dan barang bawaan di scaning. Soal kenyamanan ….
Bis yang disedakan adalah kabin bus yang di gandeng/diseret oleh kepala truck yang biasa menyeret container. Tidak ada AC, banyak ludah pinang,full asap rokok, bangku layaknya metromini di Jakarta. Dan harus ganti bus di mile 50. Mile 50 adalah perbatasan antara dataran rendah (low land) dan dataran tinggi (high land). Betapa repotnya kalau membawa banyak peralatan barang2 lainnya. Sekaligus pos penjagaan di tengah perjalanan Timika – Tembagapura. Bus untuk melayani route low land dan high land berbeda karena kekuatan mesinnya dan mungkin untuk yang high land perlu driver dengan skill khusus. Waktu tempuhnya pun menjadi setengah harian. Yang ketiga adalah menggunakan Helikopter ini, jelas tidak gratis, pernah saya dengar beayanya jutaan itupun harus antri atau mendaftar 1 bulan sebelumnya. Kapasitas helikoptermemang terbatas sekitar 26 seat. Cukup 20menit saja dari airport mozas kilangin ke Tembagapura.
Kondisi alam Tembagapura
Tembagapura berada lembah yang di kelilingi pegunungan. Hampir setiap hari selalu hujan dan berkabut, selama saya berada di Tembagapura baru mengalami 2 hari cerah terlihat matahari secara sempurna yaitu tanggal 21 dan 22 nov masing2 dua jam saja antara jam 7 hingga jam 9, selebihnya kabut dan mendung, gerimis dan hujan.
Kerjaan ku
Saya Masuk ke area PTFI ( PT. Freeport Indonesia) dibwah bendera Telkomsel,
Telkomsel punya hak ekslusif untuk menyelenggarakan komunikasi di seluruh area pertambangan.
Dari perusahaan tempat saya bekerjalah telkomsel membeli sebagian peralatan transmisi komunikasinya di samping masih ada dari perusahaan lain seperti NSN, Cisco dan lainnya. Peralatan yang saya support adalah Optimux, IP Mux dan multiplexer lainnya (terlalu teknis ya, tapi terima saja dululah). Dari masing2 peralatan akan selalu berjalan sepasang, karena dari sifat peralatannya yang di desain untuk menghubungkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Target yang di rencanakan keberangkan saya ini adalah Upgrade :
1. Dari Tembagapura – Timika install baru dengan kapasitas 16 E1 lewat IP network milik PTFI
2. Dari Tembagapura – Hidden Valey replace optimux 1 E1 ke 16 E1
3. Dari Tembagapura – mile 74 Replace IP Mux 1 E1 ke 8 E1
4. Dari Tembagapura – mile 58 Replace 1 E1 ke 8 E1
Dari ke4 point tersebut, point no 1 dan 4 gagal di laksanakan karena berbagai masalah
1. Untuk point satu karena link utamanya melewati networknya PTFI, harus ada “kulo Nuwunnya” hal ini seharusnya Telkomsellah yang punya kepentingan. hingga tulisan ini saya buat belum jelas beritanya mau diapakan tuch point 1
2. Point 4 lokasinya berada diarea sering terjadi penembakan, sesuai prosedur yang berlaku adalah harus ada pengawalan untuk mencapai lokasi itu atau tunggu hingga lokasi itu aman dari masalah keamanan.
Melalui berbagai meeting dan kordinasi akhirnya proyek ini di hold dulu dan saya balik Jakarta secepatnya. Ahirnya saya bisa sampai di rumah dengan selamat pada tanggal 27 Nov 2009 sore setelah paginya sempat sholat Idul Adha di masjid Raya Timika.
1 komentar:
mantap mas,,pengalaman yang tak terlupakan,,,
rasanya indonesia tidak cuma jawa saja,,,hehehehe...
Posting Komentar