Jumat, 24 Januari 2014

MENGAPA MEMILIH GONTOR?

Bingung, itu kata yang menggambarkan keadaan saya sebagai orang tua ketika harus memilihkan sekolah untuk anaknya. Berbagai macam jenis sekolah ditawarkan, ada sekolah negeri biasa, SSN, RSBI, SBI, Sekolah Swasta, Sekolah Islam Plus, dll. Tapi entah kenapa, Pondok Pesantrenlah yang terbayang di benak saya, meskipun hati sempet ragu juga. Bukankah pesantren identik dengan fanatisme, kehidupan yang kumuh, dan hal-hal buruk lainnya. Sebelum memilih, tentu saja proses dialog dengan anak harus dilakukan karena dialah yang akan menjalankan. Di sini tidak ada pemaksaan, namun sebagai orang tua, saya harus memberikan gambaran yang objektif tentang sekolah dan lingkungan pendukungnya. Alhamdulillah anak saya tipe anak yang bisa diajak berpikir visioner, dia paham memilih sekolah yang tepat akan berpengaruh terhadap masa depannya.

Bismillah, dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang rasanya hati saya mantap memilih pondok pesantren untuk anak saya tapi pondok yang seperti apa? itulah yang masih menjadi pemikiran. Fenomena pendidikan di kota saya,  menjadikan saya ragu untuk menyekolahkan anak di sekolah umum. Tawuran pelajar, merokok pada usia muda, pergaulan, penyalahgunaan teknologi, sampai pada kecurangan Ujian Nasional yang sudah menjadi rahasia umum. Saya merasa, sebagian besar sekolah umum berorientasi pada aspek kognitif  saja, pendidikan moral dan akhlak seolah hanya sekedar basa-basi. Yang paling parah adalah fenomena guru memberikan nilai tanpa melalui proses perjuangan si anak didik, terkadang prosesnya juga tidak fair. Pondok pesantren,  bukan merupakan lembaga pendidikan yang sempurna namun setidaknya nilai-nilai agama dan akhlak menjadi target utama. Pilihan jatuh pada pondok Modern Gontor. Alasannya :

Proses masuk melalui seleksi, artinya santri yang masuk ke situ adalah pilihan, jadi bukan merupakan tempat buangan.
Sudah memiliki nama besar, banyak alumni yang terbukti sukses.
Tidak ada embel-embel dari aliran agama tertentu.
Proses pendidikan berjalan sangat kompetitif, dan tidak diskriminasi
Suasana pondok sangat kental dengan suasana belajar, artinya tidak ada  keberhasilan dengan cara instan semua harus melalui usaha dan kerja keras.
Penekanan pada kemandirian dan kesederhanaan.
Tidak ada kecurangan Ujian (terbukti curang akan diusir).


Itulah alasan utama kenapa memilih pondok Gontor. Sesuatu yang dilalui dengan kebaikan mudah-mudahan menghasilkan sesuatu yang baik. Mental curang dan korup dimulai dari hal-hal kecil, untuk itulah pondok Gontor sangat tidak mentolerir mental tersebut. Selain berbagai kelebihan tersebut, pondok Gontorpun tak luput dari kekurangan, antara lain fasilitas kamar yang masih pas-pasan, dan penyakit yang mudah menular. Ah… bagi saya itu bukan hal prinsip, penyakit fisik (batuk,pilek, jarban/kulit) lebih mudah diobati daripada penyakit mental. Saya yakin, semua orang tua mendambakan memiliki anak yang berakhlak baik, sholeh dan, bagi saya harapan itu tidak bisa diperoleh dengan cara instan. Ya..Allah ridhoilah pilihan hamba ini…jadikanlah anak-anak hamba yang Engkau amanahkan menjadi anak-anak yang sholeh. Amin.

Kamis, 23 Januari 2014

Buat calon wali santri PM GONTOR yang terhormat,

Buat calon wali santri PM GONTOR yang terhormat,
Ternyata forum ini banyak juga diikuti para calon wali santri yang ternyata sama kondisinya ketika saya dulu mau memasukkan anak saya ke Gontor dengan keterbatasan info dan minimnya pengetahuan saya tentang Gontor. Berdasarkan pengalaman, saya ingin berbagi tentang hal-hal apa yang harus dipersiapkan sebagai calon wali santri gontor.
  1. Pertama cari info gontor di webnya : www.gontor.ac.id
  2. Sebelumnya kunjungi gontor bersama anak, untuk mengetahui iklim dan suasananya, lebih sering lebih baik (kuatkan keinginan anak untuk mondok di Gontor)
  3. Setelah kelulusan SD/SMP langsung saja anak dimasukkan ke Gontor (putra di Gontor 2), sebelum ujian masuk dilaksanakan. Gunanya anak sudah diberi pelajaran penyesuaian sebelum ujian masuk dan juga penting untuk lebih memudahkan sosialisasi dengan teman yang berasal dari berbagai daerah, jangan khawatir kalau ijazah belum keluar, karena nanti bisa menyusul.
  4. Persiapkan hal-hal yg terkait dengan peralatan anak sehari-hari (di koperasi disediakan), tapi untuk awal lebih baik dibawa dari rumah :
a. Baju dan celana (celana panjang : polos gelap/bukan jins dan sejenisnya), baju (pendek dan panjang) : polos, tidak mencolok, bukan kotak/garis-garis besar, ikat pinggang, termasuk baju dalam
b. sepatu d kaos kaki (pantovel dan olah raga), sandal untuk harian (jepit)
c. kaos dan celana training (kaos tidak boleh ada identitas daerah, klub…dll, kalau bisa polos atau yang tidak terlalu mencolok tulisannya)
d. alat mandi dan cuci baju (termasuk ember dan hanger baju)
f. peralatan sholat (sarung, baju koko, peci (hitam), sajadah, Alquran)
g. alat-alat sekolah (tidak usah bawa tas sekolah), buku-buku pelajaran beli di koperasi
h. alat makan (piring, sendok, gelas)
h. obat-obatan (terutama obat flu/batuk, kulit dll)
i. peralatan kecil lain (lem, gunting, pidol, tatakan kuku, jarum/benang, kertas kado (untuk alas lemari) dll
j. Terakhir persiapan mental mau pisah sama anak (he…he..)
Untuk diperhatikan, berhubung anak masih dalam penyesuaian, kalau nanti awal-awal (sampe sekarang juga) banyak barang yang hilang (karena lalai dan sebab lain) perlu kiranya beberapa barang di sediakan cadangan (sandal, sajadah, handuk, baju dalam, peci dll). Saya sampai lupa 1 1/2 tahun ini handuk sudah beli yang keberapa ? He..he.
Oh…ya anak tidak diperbolehkan bawa alat-alat elektronik (handphone, radio, komputer, televisi, kulkas (???!!!) dll. Tidak boleh bawa senjata tajam, apalagi senjata api (he..he).
Ini barangkali hal-hal yang saya ingat harus dibawa, pengalaman saya dulu tidak bawa semua di atas. Jadi kalang kabut bukan main. Nanti barangkali ada beberapa wali santri yang berkenan menambahi yang terlewat. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.