Rabu, 16 Juni 2010

Utang Baik Vs Utang Buruk

Rasanya sulit dipercaya jika ada manusia di dunia ini yang terbebas dari ikatan utang. Contohnya saja, membeli rumah yang membutuhkan dana besar sehingga memaksa kita untuk berutang. Belum lagi biaya anak sekolah hingga kuliah. Seringnya, kondisi semacam ini membuat utang sulit lepas dari tangan. Bagaimana mengatasinya?

Si utang baik
Bicara tentang utang, idealnya tak mencapai 36 persen dari penghasilan kotor Anda. Dan, patokan inilah yang biasanya dilihat oleh bank ketika akan meminjamkan dana besar, taruhlah untuk rumah.

Akan tetapi, tak bijak juga jika Anda menghindari utang karena berarti seluruh penghasilan akan tersedot untuk memenuhi kebutuhan berdana besar sehingga tak ada dana cadangan untuk keperluan darurat.

Jika begitu, apa yang harus dilakukan oleh pasangan ketika dihadapkan dengan utang?

Pertama, ketahui apa yang dimaksud dengan utang baik dan utang buruk. Definisi utang baik adalah segala sesuatu yang Anda butuhkan, tetapi belum bisa didapatkan, kecuali dengan menjual semua aset.

Contoh utang baik adalah membeli rumah. Alasannya, kecil kemungkinannya bisa melunasi pembelian rumah sekaligus. Namun, jangan terlalu ambisius dalam membeli rumah idaman, pastikan Anda telah menghitung secara finansial selama masa cicilan berlangsung. Yang jelas, semakin rendah pinjaman Anda, semakin singkat pula waktu mencicil.

Yang lainnya adalah membayar pendidikan tinggi untuk anak.

Daripada mengorbankan dana pensiun atau asuransi kesehatan, lebih baik Anda berutang (jika tak memiliki asuransi pendidikan). Sebab, pendidikan adalah investasi abadi dan suatu hari nanti akan menghasilkan lebih banyak lagi keuntungan material untuk sang buah hati.

Jenis utang baik lainnya yang bisa Anda ambil adalah investasi kendaraan bermotor, seperti mobil. Pertanyaannya adalah, jika Anda sudah mempunyai mobil, perlukah membeli mobil lain? Jawabannya ditentukan dari kondisi mobil yang dipakai. Jika memang sudah tua dan sering rusak, lebih baik jual dan investasikan dalam bentuk mobil yang lebih layak plus tidak rewel. Karena biaya perbaikan mobil memakan biaya besar, lho! Padahal, dananya bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain.

Awas utang buruk
Lantas, apa yang disebut dengan utang buruk? Ia adalah barang atau jasa yang sebenarnya tak diperlukan, tapi Anda menginginkannya, padahal penghasilan sama sekali tak mencukupi. Karakteristiknya adalah biasanya murni untuk konsumsi sesaat, membuat penghasilan bersih Anda menyusut, menghapus kemungkinan untuk investasi atau penghasilan yang lebih besar. Kasus terparah dari kasus ini adalah mismanajemen penggunaan kartu kredit yang biasanya berbunga tinggi.

Jika tak ingin terlilit utang buruk, yang harus dilakukan sebenarnya sederhana, yaitu mengetahui pola pengeluaran dan analisis mana yang tak penting atau tak diperlukan. Misalnya, ketika pergi berbelanja bulanan, Anda sering tergoda untuk membeli peranti elektronik atau aksesori, yang sebenarnya tak perlu dibeli. Hindarilah kebiasaan ini dengan meneguhkan niat atau buatlah daftar belanjaan yang mendetail sejak di rumah.

Alihkan juga pola pikir ketika berbelanja. Jangan berpikir, "Saya sudah bekerja keras, saya layak membeli baju seharga sekian juta atau berlibur ke Pantai X yang menghabiskan biaya berpuluh juta". Padahal nyatanya, utang kartu kredit Anda sudah membubung tinggi hingga jutaan rupiah. Bukankah lebih baik dana dialihkan untuk membayar cicilannya?

Bukan tidak boleh, lho, menggunakan kartu kredit. Tetapi, lebih baik gunakan untuk kebutuhan besar atau mendadak. Seperti ketika anggota keluarga sakit, kartu kredit bisa saja dipakai untuk membayar uang muka perawatan di rumah sakit sembari menunggu cairnya klaim asuransi kesehatan.

Jangan lupa juga untuk selalu membayar tagihan kartu kredit. Cobalah membayar lebih tinggi dari cicilan minimum, ya. Akan tetapi, lebih baik jika memprioritaskan membayar tagihan kartu kredit dengan bunga tertinggi dan tentukan batas maksimal pembayaran per bulan tanpa mengganggu kebutuhan primer lainnya.

Lalu, tagihan yang lainnya dibayar dengan cicilan minimum. Begitu tagihan dengan bunga tertinggi selesai, lanjutkan ke tagihan lain yang bunganya lebih tinggi lainnya setelah bunga yang pertama dan seterusnya.

Masih ada pilihan
Lantas bagaimana jika utang sudah merambat, apakah sudah terlambat? Yang terpenting adalah jangan panik karena tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperumit. Tetaplah fokus pada tujuan utama, yaitu melunasinya.

Meski membutuhkan waktu lama dan harus mengorbankan beberapa kebutuhan sekunder, pada akhirnya semua untuk kebaikan Anda, kan? Jangan juga melanjutkan kebiasaan berutang, tidak perlu panik jika melihat sesuatu yang ingin Anda beli. Selalu pikirkan baik-baik, apakah Anda benar-benar memerlukannya? Jika ya, Anda bisa menabung atau jika Anda kurang andal menabung, ikuti saja program tabungan berencana di bank.

Terakhir, pada dasarnya yang harus dicamkan adalah bukan berapa banyak dana segar yang dimiliki, melainkan apakah ada cara untuk membuat uang Anda "bekerja keras" sehingga bisa menghasilkan lebih banyak uang lagi seperti melakukan investasi.

sumber:
Kompas.com